Jumat, 20 Agustus 2010

TATAKRAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI

TATAKRAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI- HARI

A. Menghargai Karya Orang lain
Manusia diciptakan dalam kondisi saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain. Interaksi antara manusia tidak akan berjalan efektif jika tidak ada rasa saling menghargai antar mereka. Sebenarnya sikap menghargai merupakan sebuah refleksi kejujuran seseorang atas kelebihan orang lain. Al-Qur'an dan sunah Nabi saw sendiri telah menuntun kita bagaimana seharusnya bersikap saling menghargai. Banyak petunjuk yang bisa diambil dalam ayat-ayat Al-Qur'an maupun riwayat hadis mengenai masalah ini.
Saling menghargai antar sesama makhluk Allah akan cepat tumbuh jika masing¬- masing mampu menghindari akhlak tercela, seperti berperasangka buruk (su’uzhzhann), mencari- cari kesalahan orang lain, iri hati, dan lain sebagainya. Berawal dari iri hati dan berperasangka buruk biasanya akan timbul kebencian yang pada akhirnya berujung pada permusuhan. Pada saat itulah menghargai hak- hak orang lain akan menjadi beban yang sangat berat untuk ditunaikan. Untuk itu, tepat jika Nabi saw memerintahkan kaum muslimin melalui riwayat hadis berikut ini:

Artinya :
Dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah olehmu prasangka (buruk), karena berprasangka (buruk) itu adalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian saling mencari kesalahan orang lain, saling memata- matai, saling iri hati. Dan jangan saling beradu punggung, saling memarahi. Jadilah kalian hamba- hamba Allah SWT yang bersaudara. “ (HR. Bukhari dan Muslim).

Saling mencari aib dan cacat orang lain (tajassus), saling dengki, saling berpaling muka, dan sejenisnya adalah wujud dari tidak adanya rasa saling menghargai antar individu. Padahal Islam melarang umatnya untuk melakukan hal- hal yang tidak terpuji tersebut. Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika seseorang bergaul hanya untuk mencari-cari kejelekan atau kelemahan orang lain. Allah swt berfirman,


Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. QS. Al- Hujurat/ 49: 12.

Kunci sikap saling menghargai dan saling memahami sekurang- kurangnya ada dua hal, yaitu:
1. Menghormati hak orang lain.
Setiap orang menghendaki keberadaannya diakui dan hak- haknya dihormati. Rasa harga diri sebagai manusia akan terusik jika hak- ¬haknya diabaikan oleh orang lain. Karena harga diri merupakan identitas manusia yang pada dasarnya memang butuh pengakuan dari pihak lain. Orang akan bisa berbuat nekad jika harga dirinya dilanggar dan diusik oleh orang lain.
2. Menahan diri.
Prinsip ini merupakan kelanjutan dari prinsip pertama. Menyadari bahwa setiap orang itu memiliki hak individual, maka tidak dibenarkan memaksakan haknya kepada orang lain. Jika terjadi dua kepentingan yang berbeda di antara kedua belah pihak, harus dicarikan jalan keluarnya dengan cara musyawarah untuk mencapai titik temu.

Sikap saling menghargai sangat dibutuhkan dalam berteman atau dalam pergaulan secara umum. Maksudnya agar tidak terjadi salah faham antara individu yang satu dengan individu lain atau antara kelompok satu dengan kelompok lain. Dengan menghargai dan memahami pihak lain, kita akan bertambah pengetahuan tentang adat-istiadat dan kebiasaan mereka jika kebetulan mereka memiliki budaya dan tradisi yang berbeda dengan kita. Di samping itu juga untuk menghindari saling memaksakan kehendak. Dengan demikian, hubungan dapat berjalan secara harmonis, karena masing- masing merasa hak- haknya dihormati. Kita tentu tidak mau dipaksa oleh orang lain, sebagaimana orang lain tidak suka jika kita paksa.
Jika sesama orang mukmin mengembangkan sifat- sifat positif, mulai dari saling menghargai, toleransi, saling tolong menolong, saling memaafkan, menyambung tali silaturahmi, mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, maka sikap solidaritas akan terjalin kuat. Ketika sesama muslim berselisih, maka segera damaikan antara pihak tersebut. Karena perselisihan biasanya diakibatkan masing- masing pihak berseteru dan tidak bisa lagi saling menghargai. Jika perselisihan itu berlangsung terus maka sikap solider antarsesama tidak akan terwujud. Wajar jika Al- Qur’an dalam hal solidaritas memberikan perintah sukup tegas sebagai berikut:


Artinya :
“Orang- orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” QS. Al- Hujurat/ 49: 10.

Rasulullah saw pernah bersabda, “Akhlak yang baik adalah menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu, engkau memberi kepada orang yang selama ini tidak suka memberimu, dan engkau memaafkan orang yang pernah menganiayamu.”
Perilaku negatif seperti sombong, enggan menghargai hak orang lain, dan egois yang tertanam pada diri seseorang akan merusak solidaritas antar sesama manusia. Untuk itu, Islam sangat mengecam sifat- sifat tercela tersebut. Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari sifat saling menghargai sesama manusia, di antarnya adalah:
a. Tumbuhnya rasa senasib dan sepenanggungan. Sehingga ketika ada orang yang tertimpa musibah, yang lain akan segera ikut mengurangi deritanya.
b. Akan terkumpul pada diri seseorang sifat- sifat terpuji. Orang solider cenderung bijaksana dalam menyelesaikan berbagai permasalahannya.
c. Allah swt akan memberi banyak kemudahan dalam berbagai kebutuhannya.
d. Allah swt akan memberikan pertolongan- Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar