Kamis, 19 Agustus 2010

BERFIKIR KONSTRUKTIF

Salah satu kunci ketenangan jiwa dalam berkehidupan seseorang, adalah kemampuan orang tersebut dalam mengendalikan dirinya terhadap segala aspek kehidupan yang dijalaninya. Sebagaimana Dr. Wayne Dyer pernah mengatakan bahwa anda tidak bisa memiliki damai bathin selama pengendalian kehidupan anda ditempatkan di luar diri.
Sebuah contoh nyata dalam lingkungan kehidupan ini, bahwa begitu banyak orang-orang yang dililit utang yang membuatnya merasa tidak tenang. Tapi pada hakekatnya, seringkali lilitan utang tersebut hanya sebuah efek akhir dari ketidakmampuan mengendalikan diri sendiri. Sungguh jarang orang yang menderita terlilit utang diakibatkan sebuah keterpaksaan dalam memenuhi kebutuhan yang paling mendasarnya. Ini bisa menjadi sebuah renungan, bahwa sebetulnya penderitaan itu sendiri sesungguhnya diakibatkan oleh kelalaian dalam mengendalikan diri.
Dalam dunia kerja pun tidak berbeda jauh. Sepanjang seseorang disiplin menjalani aktifitas pekerjaan dengan dilandasi oleh pengendalian diri, niscaya sedikit demi sedikit masalah yang dihadapi akan bisa diselesaikan. Lain halnya kalau sifat pengendalian diri itu tidak ada, sehingga memaksakan diri menyimpang dari rel yang sebenarnya dengan iming-iming meraih keberuntungan atau mendapatkan jalan pintas untuk menyelesaikan permasalahan secara instant. Mengesampingkan sifat pengendalian diri sembari menggantungkan nasib pada ujung sebuah anak panah. Hasilnya bisa mujur, tapi kemungkinan terbesar penyesalan tiada akhir yang akan datang menjenguk.
Pada dasarnya, definisi kehidupan yang tidak bahagia adalah kehidupan di mana kita merasa segala hal tidak dapat dikendalikan. Perasaan tidak berdaya ini secara emosional dan fisik sangat melelahkan. Perasaan itu menguras energi yang kita butuhkan agar produktif dan menikmati hari-hari dalam kehidupan kita. Kalau kita bisa mengendalikan kehidupan, kita merasa penuh semangat dan memiliki pandangan yang positif terhadap masa depan. Sebaliknya, kalau kita merasa tidak dapat mengendalikan kehidupan, kita menjadi frustrasi, lelah, dan pesimistis. Hal ini akan membentuk lingkaran setan, yang akan menggiring kehidupan itu semakin hari semakin menuju dasar kehancuran dalam berkehidupan.
Dalam segala elemen kehidupan, kita lebih mengenal kata-kata “disiplin“. Disiplin adalah kunci sebuah kesuksesan dalam segala hal. Dan disiplin itu sendirilah kata lain dari pengendalian diri. Dengan kata lain, tidak akan disiplin tanpa pengendalian diri itu sendiri. Tanpa disiplin internal, kita tidak akan mampu mengendalikan kebiasaan setiap hari, apalagi secara proaktif mengarahkan kehidupan sendiri.
Scott MacMillan dalam bukunya “the Big Game“, memaparkan manfaat-manfaat berdisplin
1. Bisa melaksanakan apa yang direncanakan
2. Bisa bergerak maju, walau dalam keadaan lelah sekalipun
3. Tidak akan membiarkan kegagalan kecil menjadi kegagalan besar
4. Sarana untuk mencapai sasaran yang ada dalam diri sendiri
5. Bisa menciptakan dan mempertahankan kebiasaan positif
Itulah pengendalian diri, yang mau tak mau harus dijalani demi memampukan diri mengendalikan kehidupan ini. Bahkan, kunci kelancaran segala aktifitas kehidupan, adalah kemampuan mengendalikan diri itu sendiri

Guna meningkatkan pengembangan diri yang lebih maksimal, kita tidak hanya dituntut terbiasa berpikir dan bertindak positif, tetapi juga konstruktif. Berpikir konstruktif, adalah membangun kesadaran yang bersifat membina, membangun dan memperbaiki, sehingga kita tidak tenggelam dalam situasi pesimis dan ketakutan yang beralasan.Bila kita sudah terbiasa berpikir positif, jangan sampai berhenti sampai di sini. Hendaknya kita terbiasa pula berpikir konstruktif, agar kita tidak kembali terbelenggu dalam kegagalan dan kesalahan yang sama. Caranya dengan melakukan tindakan nyata untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik atau terbaik yang bisa kita lakukan.
Lantas apas yang dimaksud dengan berpikir efektif? Berpikir efektif berarti cara pandang seseorang untuk mencapai suaru tujuan melalui skill yang dimilikinya. Seseorang tidak hanya berpikir sampai pada berpikir konstruktif atau membangun, tetapi ia juga harus memiliki point of view yang jelas mengarah pada pencapaian tujuan dengan pemikiran yang praktis dan sistematis.
Dengan kata lain, untuk bisa berkarya dengan baik, kita hendaknya senantiasa memiliki goal setting dalam melakukan tugas atau aktivitas. (Mengenai hal ini, lihat kembali materi goal setting).
Adanya kemampuan berpikir konstruktif, akan membantu kita terbiasa untuk memiliki pola kerja yang efisien, karena kita terbiasa memiliki goal setting untuk melakukan aktivitas , tertutama aktivitas tertentu yang membutuhkan perhatian ekstra. Sehingga waktu, tenaga, pikiran dan materi yang dikeluarkan untuk pencapaian tujuan tertentu, bisa lebih dimaksimalkan.
No NEGATIF POSITIF KONSTRUKTIF
1 Pimpinan tidak menyukai saya Saya akan bekerja maksimal sesuai kemampuan Untuk bekerja maksimal saya akan meningkatkan kemampuan
2 Selalu gagal Saya akan terus berusaha Akan mencari usaha.metode lain agar tidak gagal lagi
3 Saya tidak punya pengalaman, jadi tidak punya kemampuan lebih Kemampuan akan menutup pengalaman yang minim Belajar dari orang yang lebih berpengalaman selain meningkatkan kemampuan
→ Leave a comment
Posted in Uncategorized
Positive Thinking
Posted on February 18, 2007 by selfde| Leave a comment
Kualitas kepemimpinan seseorang sangat ditentukan oleh caranya bersikap atau memberikan respons terhadap apa yang berlangsung di sekitarnya. Sikap dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan kita sehari-hari. Hukum alam mengatakan, “Kebiasaan membentuk sikap seseorang, habits become attitude.’” Sikap adalah kesimpulan dari mata rantai kebiasaan dan pengalamannya di masa lalu. Itulah sebabnya seorang yang ingin mengembangkan potensi kepemimpinannya akan selalu memupuk berbagai kebiasaan yang positif untuk membangun tanggung jawab, ketabahan, kesabaran, serta cara memandang orang lain dengan cinta.
Napoleon Hill—pengarang buku Think and Grow Rich—mengatakan, “Pikiran manusia mampu melaksanakan apa saja yang diyakininya.” Menurutnya, pikiran mampu membayangkan keberhasilan, maka perilaku dan usaha-usaha Anda akan mengarah kepada apa yang Anda pikirkan. Your are what you think!
Pikirkanlah yang mampu mengubah hutan belantara menjadi permukiman dan memindahkan gunung-gunung dan menjadikannya bangunan istana. Dengan pikirannya, manusia mampu menempatkan dirinya lebih mulia daripada ciptaan apa pun yang ada di alam semesta ini.
Perilaku (behavior) merupakan hasil dari persenyawaan antara sikap dan cara berpikir. Orang akan berperilaku positif bila sikap dan cara berpikirnya positif. Untuk itu, sugesti diri Anda dengan cara berpikir positif, misalnya,
• Saya memiliki potensi, karena itu saya akan kerahkan semangat saya untuk menggali potensi diri.
• Saya tidak akan menyerah pada nasib karena sayalah yang akan mengubah dan menentukan nasib saya sendiri.
• Saya tidak akan goyah dengan apa yang saya yakini. Apa pun penilaian orang tentang keyakinan saya. Orang yang meragukan keyakinan saya adalah motivasi besar yang mendorong saya untuk lebih giat membuktikan keyakinan saya sehingga mencapai keberhasilan.
Buatlah daftar kalimat yang akan menyugesti diri Anda. Mulailah dengan membayangkan sesuatu yang berharga, yang akan melahirkan rasa syukur luar biasa pada diri Anda. Misalnya, Ketika Anda diterima bekerja, bayangkanlah berapa banyak teman yang seusia dengan Anda masih menganggur. Mereka tersaruk-saruk menyodorkan berkas lamaran dan gagal. Ketika Anda menerima uang gaji, bayangkanlah betapa pada waktu yang bersamaan ternyata masih banyak saudara-saudara kita yang hidupnya begitu sulit karena tidak memiliki uang. Ketika Anda berangkat di pagi hari menuju kantor, bayangkanlah berapa banyak orang yang seusia dengan Anda yang pagi itu kebingungan ke mana kaki harus dilangkahkan.
Ketika Anda terpuruk dalam kemalasan, bayangkan berapa banyak orang seusia Anda yang meneteskan keringatnya di pasar, di jalanan, di kantor-kantor, serta di seluruh sudut kehidupan. Bila Anda berpikir atau merasakan suasana seperti itu—bahwa keberadaanku masih lebih baik dari orang lain, karena itu aku harus selalu bersyukur—maka Anda sedang menyugesti diri untuk berbuat lebih baik lagi. Anda sudah memiliki sikap mental positif.
Dalam buku Positive Mental Attitude, Napoleon Hill menulis, “When you say to another person, “You can!” this is suggestion. When you say to yourself, “I can!” you motivate yourself by self-suggestion—Bila Anda bicara pada orang lain “Kamu bisa!” Anda sedang menyugesti orang lain. Bila Anda bicara pada diri sendiri “Aku bisa!” Anda sedang menyugesti diri sendiri.
Sugesti diri merupakan alat yang paling penting untuk membangun kepercayaan diri. Anda tidak akan pernah sampai pada tujuan bila tidak yakin untuk mencapainya. Anda tidak pernah akan berbuat apa pun bila tidak ada keyakinan yang mendorong kemauan untuk melaksanakannya. Bila Anda tidak yakin dengan apa yang Anda lakukan, berhentilah! Sebab, hal itu hanya membuang waktu dan hanya akan memetik kegagalan. Karena, untuk mencapai keberhasilan dibutuhkan keyakinan dan tekad yang kuat.
Sikap positif melahirkan kepercayaan diri
Kepercayaan diri melahirkan keberanian
Keberanian melahirkan tindakan
Tindakan melahirkan hasil
Dan hasil akan menentukan nasib
Kualitas kepemimpinan akan lebih memberikan daya pengaruh bila ditunjang oleh kecakapan, keterampilan, dan kemampuan dalam menangani berbagai hal, utamanya yang berkaitan dengan hubungan dengan manusia (relationship). Itulah sebabnya, para pemimpin memiliki dorongan yang kuat untuk menjalin hubungan memperluas jaringan sosial dan terus belajar secara berkesinambungan (continuous learning). Dengan rasa kagum dan rasa ingin tahu yang mendalam, buku-buku biografi para tokoh dan para pemimpin dunia dibacanya dan dipelajari untuk kemudian dipetik hikmahnya demi memperkaya khazanah kepemimpinannya. Dia tabah dan tekun menempa diri dengan mendatangi tempat-tempat pelatihan. Dia belajar dari orang-orang sukses maupun gagal. Bahkan, dia tidak malu untuk belajar dari tukang sapu sekalipun. Dia pandang tukang sapu yang melaksanakan tugasnya dengan penuh suka cita. Apa gerangan yang menyebabkan dia begitu bahagia dengan pekerjaannya?
Dia belajar dari orang-orang tua karena dia sadar di setiap lembar rambutnya yang memutih itu ada pengalaman berharga untuk dipetik hikmahnya. Dia simak setiap butir fatwa yang mengalir dari bibirnya. Inilah cara pembelajaran seorang calon pemimpin maupun mereka yang sudah menduduki jabatan puncak. Never ending learning, ‘Tidak ada kata akhir untuk belajar’, sebagaimana Rasulullah saw. menyuruh kita untuk terus belajar sejak dari buaian sampai ke liang lahat. Sebab, dengan semangat belajar seperti ini, kualitas kepemimpinannya semakin berbobot. Bagi mereka, belajar bagaikan bensin. Semakin banyak cadangannya, semakin jauh perjalanan yang ditempuh. Akan tetapi, apalah artinya mengisi bensin bila tidak punya keberanian untuk mengendarainya. Apalah artinya belajar tanpa mau mencoba dan mempraktikkannya dalam kehidupan. Belajar dan mengalami serta teori dan praktik adalah dua sisi kehidupan yang sama pentingnya untuk merenda benang-benang keberhasilan.
Attitude = Belajar + Berlatih
Napoleon Hill menulis, “Anda akan mendapatkan apa saja dan tidak akan kehilangan apapun dengan berani mencoba. Keberhasilan hanya bisa diraih dan dipertahankan oleh mereka yang terus mencoba, You have everything to gain and nothing to lose by trying. Success is achived and maintained by those who keep trying.”
Ungkapan ini telah terbukti benar. Bukan saja dari keberhasilan para eksekutif atau pun para pemimpin informal, melainkan juga berlaku untuk para atlet unggul yang memperoleh juara disebabkan kemampuannya untuk terus-menerus mencoba, belajar, dan berlatih.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa para pemimpin yang sukses adalah mereka yang terus belajar untuk mendapatkan metode-metode baru yang kemudian dicobanya dalam kehidupan yang nyata. Mereka yang cukup puas dengan kepemimpinannya saat ini dan tidak belajar akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan yang benar. Dunia terus berubah. Berbagai inovasi terus ditemukan. Bila kita berhenti belajar, kita akan menjadi katak dalam tempurung.
Para manajer yang baru seringkali belajar dan berani mencoba dalam pekerjaannya yang riil tanpa mengorbankan tugas-tugas rutin mereka. Pada saat mencapai kedudukan tinggi, mereka sudah siap untuk secara mental menerapkan pengetahuan hasil pembelajarannya. Sementara para manajer yang enggan belajar dan merasa bahwa kariernya hanya ditentukan oleh tugas-tugas rutinnya, akan memperoleh kesulitan yang luar biasa pada saat mereka menerima jabatan baru yang menantang sehingga produktivitasnya menurun. Inilah yang dimaksudkan dengan Peter Principle dengan asumsinya, “Bertambah naik kedudukan seseorang bertambah menurun kemampuannya.” (Ya, tentu saja bila tidak diiringi dengan proses pembiasaan dan pembelajaran).

1 komentar:

  1. sip...mkasi buat masukan nya ...keren ...cerita nya sangat membangun utk bisa memberikan sugesti pada diri kita klo ap yg qt hadapi ,,kita nyakin..pasti semua nya akn teratasi..dan kembali sellu ada jalan keluarnya...

    BalasHapus